Sabtu, 27 Desember 2014

Tugas Akhir Ilmu Budaya Dasar semester 1: Cerita Hidup dan Puisi



Roda Kehidupanku

          Assalamualaikum Wr Wb. Selamat datang dalam kisah Perjalanan Hidupku!!. Mula-mula saya akan memperkenalkan diri. Nama lengkap saya adalah Muhamad Insan Bintang. Nama panggilan saya Bintang, tapi sejak kuliah saya lebih akrab dipanggil Insan. Saya adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, bisa juga dibilang anak bontot, atau anak ragil (terserah). Kakak pertama saya adalah anak laki-laki, sedangkan kakak kedua saya adalah anak perempuan. Ibu saya berasal dari Bengkulu, sedangkan Ayah saya berasal dari Lampung. Saya sediri lahir di Jakarta, kalau sekarang sudah masuk wilayah Depok, lebih tepatnya saya lahir di Rumah Sakit Tugu Ibu. Kakak-kakak saya juga lahir di rumah sakit ini (bukan promosi loh, info aja…. hahaha). Saya lahir pada tanggal 16 April 1996, hari Selasa. Hobi saya adalah membaca buku, tapi sebagian besar buku komik. Entah itu kungfu Boy, Samurai x, Dragon Ball z. Selain membaca, hobi saya adalah mendengarkan musik, dan musik favorit saya adalah Linkin Park. Saya memiliki semua lagu pada album utama Linkin Park, dimulai dari album Hybrid Theory, Meteora, Minutes to Midnihgt, A Thaosand Suns, Living Things, sampai album terbarunya The Hunting Party. Saya menyukai music bergenre rock. Selain itu, saya juga hobi menonton film, dan olahraga favorit saya adalah lari pagi dan push up.  Film favorit saya, adalah film fiksi, contohnya adalah Jurassic Park 1,2,3, Godzilla, Rurouni Kenshin 1,2, ada pula film action seperti The Raid 1,2. Itulah segaris besar mengenai saya. Setelah memperkenalkan diri, mari kita masuk kedalam kisah kehidupan saya. Selamat menikmati.
         
          Cerita saya berawal saat saya baru akan lahir di dunia ini. Pada suatu ketika ibu saya berkata kepadak kakak perempuan saya “dek, mamah akan ngasih kamu hadiah istimewa.” Setelah itu, kakak perempuan saya bertanya “hadiah istimewa apa mah?” Saat kakak saya bertanya mengenai hadiah istimewa itu, ibu saya menjawab “mamah akan ngasih kamu hadiah boneka yang bisa bicara, bisa bergerak, bisa melakukan hal apapun seperti kita.” Lalu kakak saya menjadi sangat gembira karena akan diberikan boneka yang sehebat itu, saat itu kakak saya baru berumur 5 tahun. Masih sangat polos. Saat kakak saya bertanya kepada Ibu saya “dimana mah kita belinya? Kapan mah?” lalu Ibu saya menjawab “ini nak masih ada didalam perut mamah.” Lalu kakak saya menjadi semakin gembira karena maksud dari perkataan Ibu saya adalah dia akan dikaruniai seorang adik. Pada hari Selasa, tanggal 16 April 1996, dirumah sakit tugu ibu di kamar melati. Saya lahir secara normal. Bayi itu sangat lucu, warna kulitnya putih kemerah-merahan. Bibirnya sedikit lebar seperti badut (menurut saya saat pertama lihat foto saya sewaktu masih bayi). Pada saat itu keluarga saya diliputi oleh perasaan gembira dan lega, karena sang bayi bisa lahir dengan selamat dan juga lahir dengan sehat walafiat. Saat saya baru lahir, suara Adzan dikumandangkan di kuping saya oleh Ayah saya, dan kemudian saya diberikan nama Muhamad Insan Bintang, sesuai dengan saran dari kakek dan orang tua saya sendiri. Inilah hari yang sangat bersejarah dalam kehidupan saya karena pada hari itulah saya baru memulai kehidupan dan petualangan di Dunia ini. Saya pun sangat menyayangi dan sangat sangat menghormati kedua orang tua saya yang telah berjuang demi kelahiran saya di Dunia ini.

          Sewaktu saya masih bayi, katanya saya sangat suka yang namanya digendong. Kalau sedang berhenti digendong, biasanya saya akan marah dan akan minta terus digendong. Biasanya yang menggendong saya adalah Ibu saya, Abang saya, atau Kakak perempuan saya. Malamnya baru saya digendong oleh Ayah saya. Tetapi, saat saya digendong oleh Ayah saya, saya lebih sering menangis ketakutan, saya tidak tahu kenapa bisa seperti itu. Mungkin karena wibawa Ayah saya yang terlalu besar sehingga saya seperti takut padanya. Kehidupan saya sewaktu saya bayi tidak banyak yang saya ingat, tetapi saya hanya akan menceritakan apa yang telah diceritakan oleh keluarga saya sewaktu saya masih bayi dulu. Katanya sewaktu bayi dulu, saya sangat senang memegang dan menggenggam benda-benda yang bentuknya bulat. Entah itu tutup gelas, bola atau apapun. Saya juga tidak tahu apa enaknya dan apa maksudnya saya melakukan hal itu, tapi itulah yang dikatakan keluargaku. Katanya dulu aku sangat lucu. Menggemaskan dan membuat orang-orang yang bertemu saya menjadi ingin menggendong dan menciumi saya. Kulit saya sewaktu masih bayi putih kemerah-merahan, seperti udang rebus. Waktu itu juga saya sangat suka yang namanya ngedot, bahkan sampai saya lulus Taman Kanak-Kanak pun saya masih suka yang namanya ngedot, sebelum berhenti saat saya duduk di kelas satu SD. Masa saya sewaktu saya masih Bayi tidak dapat terlalu banyak saya ceritakan, karena cuma segitu yang saya tahu dan yang saya ingat.

          Saat saya kira-kira masih Balita, saya sangat hobi bermain. Saya sangat suka bermain mobil-mobilan bersama tetangga depan rumah saya yang seumuran, namanya Fahmi. Saya dan Fahmi sering bermain mobil-mobilan bersama-sama. Hamper setiap hari kami bermain mobil-mobilan bersama-sama, dan setiap mau bermain kami membayangkan seolah-olah akan pergi jauh sambil konvoi bersama-sama. Mobil-mobilan kesayangan saya dulu adalah mobil-mobilan mini cooper milik tokoh Mr. Bean, karena sejak kecil saya sering menonton film Mr. Bean. Saya juga pernah dimarahi oleh Ayah saya karena saya pernah membiarkan salah satu mainan saya terlindas mobil Ayah saya saat Ayah saya memundurkan mobilnya. Saat itu saya berkata kepada Fahmi “Fahmi, kita lihat yuk peragaan adegan episode enam Mr. Bean, waktu mobil Mr. Bean dilindes sama Tank.” Fahmi menjawab “bagaimana cara meragainnya tang?”, lalu saya menjawab “kan bentar lagi papah gua mau keluar mobilnya, kita taro aja mobil-mobilan plastik dibelakangnya pas mundur, biar kelindes kayak mobil Mr. Bean.” Lalu Fahmi menjawab “ide bagus itu. Ayuk kita coba.” Tidak lama setelah mobil itu terlindas oleh mobil Ayah saya, Ayah saya merasakan ada yang terlindas dibelakang maka Ayah saya turun. Setelah tahu bahwa saya yang sengaja menaruh mainan itu disana untuk meragain adegan Mr. Bean, Ayah saya memarahi saya dan menasehati saya agar saya tidak lagi melakukan hal itu. Saat itu saya dan keluarga saya masih tinggal di rumah di jalan bintang satu. Daerah disana sangat tenang untuk bermain karena disana jarang mobil atau motor yang lewat, jadi saya dan teman-teman saya bisa leluasa bermain sesuka hati.  Dulu permainan yang saya sangat sering mainkan bersama teman-teman saya adalah permainan petak umpet. Sudah sangat sering saya dan teman-teman saya bermain petak umpet. Terkadang saat sedang berlarian kesana kemari, ada saja yang terjatuh dan kakinya terluka dan saya pun cukup sering terluka kakinya sehabis saya bermain. 

Lalu biasanya kaki saya diobati oleh asisten rumah tangga keluarga saya, namanya empok Sati. Empok Sati lah yang mengurusi saya dan kakak-kakak saya saat orang tua saya sedang sibuk bekerja. Empok Sati ini orangnya sangat sabar, sangat berbeda dengan asisten rumah tangga yang sebelumnya, yang sudah dipulangkan, yang biasa dipanggil Mbok Madura. Mbok Madura ini orangnya sangat jutek, dan sangat menyebalkan, dan pernah juga bertengkar hebat dengan kakak perempuan saya yang cukup galak, sampai Mbok itu menangis. Saya tidak tahu apa masalahnya, tapi yang jelas Kakak saya bertengkar dengannya karena si Mbok itu sangat menyebalkan. Setelah beberapa bulan dan ternyata sang Mbok dirasa tidak cocok mengurusi saya dan kakak-kakak saya, maka Mbok Madura tersebut diberhentikan dan diganti oleh empok Sati. Seperti yang sudah saya bilang tadi, empok Sati ini orangnya sangat sabar, sangat sabar menhadapi kenakalan masa kecil saya dan kakak-kakak saya. Pernah juga saat Abang saya sedang dipakaikan baju oleh empok Sati, entah karena merasa kesempitan atau kenapa, empok Sati ini disemprot dengan menggunakan parfum oleh abang saya, dan kemudian empok itu menangis. Pernah juga saya tidak menurut kepadanya, menakalinya, tetapi dia tetap sabar menghadapi kenakalan kami. Saya berpikir itu luar biasa, bisa bersabar mengahadapi dan mengurusi tiga kakak beradik sekaligus dan bahkan sedang nakal-nakalnya. Ketika sore hari tiba, biasanya saya dan empok Sati jalan-jalan sambil memberi makan monyet tetangga. Terkadang saat saya sedang susah makan, saya juga sekalian disuapi saat jalan-jalan sore tersebut.

Pada saat itu saya sangat menyukai makanan yang sifatnya lembek-lembek. Misalnya saya akan diberi makan nasi, maka nasi itu harus dilunakkan terlebih dahulu, dipenyet-pentet sampai menyerupai bubur, barulah saya mau memakannya. Repot memang, tapi yah itulah saya sewaktu masih kecil. Terkadang bahkan nasi beserta lauknya harus diblender terlebih dahulu, habis diblender, disaring! Saya yang saat ini pun berpikir, apa enaknya makan seperti itu. Anak yang cukup aneh. Saat itu pun saya masih suka minum susu menggunakan dot. Kalau tidak pakai dot, biasanya saya tidak akan mau meminumnya. Saya sangat menikmati masa-masa kecil saya dengan bermain dan mendapatkan pengalaman-pengalaman yang bisa dikenang dengan baik. Saya dulu merupakan anak yang nakal dan kasar. Pada suatu ketika, saya sedang bermain kelereng dengan teman saya Fahmi dan Kiki. Saat itu Fahmi mengatakan bahwa saya bermain curang dan tidak semestinya menang. Lalu saya tidak terima dengan ucapannya tersebut dan kemudian mendorongnya sampai dia tersungkur jatuh. Saat dia sudah menangis, saya kabur secepat-cepatnya dan masuk kerumah. Saat saya sudah dirumah, ternyata Fahmi mengadukan kejadian itu kepada Ibunya dan Ibunya datang menghampiri rumah saya dan seperti yang saya duga sebelumnya, Ibunya pun memarahi saya dan saya pun berakting dan menangis agar si Ibu Fahmi iba, dan kali ini cukup sukses karena akhirnya Ibu Fahmi berhenti memarahi saya. Pernah juga saat saya sedang menonton acara Teletubbies di televisi, saya dan Fahmi berdebat mengenai rumput yang ada dalam halaman rumah Teletubbies. Saya bersikeras dengan pendapat saya bahwa itu adalah rumput asli, sedangkan Fahmi bersikeras pula bahwa itu adalah karpet, bukan rumput sungguhan. Kemudian saya pun marah dan memukuli Fahmi, dan kemudian Fahmi pun pulang dan menangis. Lagi-lagi, Ibunya datang dan kali ini saya pun berakting dengan ikut menangis, tetapi saat itu saya tetap saja kena marah. Akting saya untuk menagis pun percuma saja saya lakukan. Dulu saya memang benar-benar nakal. Hobi berantem, suka meludahi orang, dan suka menjahili orang lain. Pernah suatu ketika teman-teman Abang saya main kerumah. ketika mereka sedang asyik bermain, saya mengencingi sandal-sendal mereka. Saat mereka sudah mau pulang, mereka pun merasa jijik karena sandal mereka sudah saya kencingi. Pernah juga saat Abang saya sedang bermain game tembak-tembakan di playstation, entah apa yang saya pikirkan, saya meniru adegan tembak tembakan itu dengan menggunakan mulut saya dan meludahi seluruh tempat yang saya lewati! Anehnya, bukannya menghentikan kelakuan saya, abang dan kakak saya justru menghindar dan ketakutan, naik ke atas sofa untuk berlindung dari ludahan saya. Kalau saya mengingat hal itu, saya jadi berpikir betapa anehnya saya dulu. Pernah juga saat Abang saya sedang bermain playstation sambil duduk di kursi plastic berwarna merah, saya sedang berpikir tentang smackdown. Kemudian, dari atas sofa, yang terletak tidak jauh dari tempat abang saya bermain, saya melompat dan terjun kearah abang saya. Gubraaaaakkk!!!!... bangku merah plastic itu pun hancur dan Abang saya kesakitan. Sehabis itu saya panik karena telah menyebabkan kursi merah itu rusak. Saya tidak dimarahi oleh kakak dan abang saya, karena mereka takut kepada sifat saya dulu yang suka emosian. Bodohnya, saya justru menyembunyikan kursi yang rusak itu disebelah sofa, yang mudah untuk ditemukan. Tidak lama setelah orang tua saya pulang, kebetulan mereka pulang bersamaan, kursi merah itu pun ditemukan dengan mudah dan saya pun dimarahi akibat kenakalan saya tersebut.

Saya juga suka menjahili kakak perempuan saya. Saat kakak saya sedang mandi sore hari, pintu kamar mandinya tidak ditutup karena takut dan saya pun mulai beraksi. Saya menirukan suara hantu sambil melayang layangkan handuk putih kedepan kamar mandi yang terbuka itu. Seketika kakak saya langsung berteriak dan berlari ketakutan keluar dari kamar mandi. Karena saya waktu itu masih polos, saya juga jadi ikut lari dan ketakutan mengikuti kakak saya. Sehabis itu saya dimarahi oleh Ayah saya dan dilarang untuk mengulangi lagi perbuatan saya itu. Pernah juga suatu hari, saya dipanggil oleh Fahmi dari luar pagar saya. Kemudian saya langsung berlari keluar dari dalam rumah menuju ke pintu gerbang, pada saat itu rumah saya modelnya adalah turunan. Karena berlari dan tidak berhati-hati, saya pun terjatuh dan kemudian Fahmi pun tertawa melihat saya terjatuh. Saya pun ikut tertawa. Tidak lama setelah saya tertawa, tiba-tiba saja saya menangis! dan itu sangat aneh. Dari tertawa, menjadi menangis. Pernah juga saya mengalami kejadian yang cukup konyol. Pada saat itu saya sedang melihat-lihat keluar melalui sela-sela pagar. Saat saya sudah selesai melihat keluar, kaki saya terjepit dan tidak bisa keluar dari sela-sela pagar tersebut! Saya kemudian menangis karena kaki saya terjebak dan tidak bisa bergerak, tetapi untungnya pada saat itu ada Ayah Fahmi yang melihat kejadian tersebut. Dengan cepat, Ayah Fahmi keluar dan menolong saya berusaha mengeluarkan dengkul kaki saya yang terjebak di sela pagar. Setelah kaki saya berhasil lolos, saya merasa sangat lega dan berterima kasih kepada Ayah Fahmi, sambil merasa sangat malu karena kejadian seperti itu bisa saja terjadi (masih bisa malu juga waktu kecil loh).

Masa kecil saya berlalu dengan cukup banyak kesan. Kemudian, saya akhirnya duduk dibangku Taman Kanak-kanak Mekarsari. Teman saya Fahmi juga bersekolah di TK ini. Biasanya saya berangkat sekolah ke TK ini dengan berjalan kaki ditemani oleh empok saya empok Sati. TK ini juga merupakan TK tempat Kakak-kakak saya bersekolah. Di TK ini, saya mendapatkan banyak kesenangan dan ilmu yang penting. TK ini menyediakan berbagai arena bermain, seperti ayunan, perosotan, tempat membuat gunung-gunungan pasir, dan sebagainya. TK ini sangat menyenangkan untuk bermain dan belajar. Gurunya pun baik-baik, sabar, dan ramah. Sewaktu TK dulu, saya terkenal cukup nakal. Saya sering menjahili teman-teman saya. Pernah sewaktu ketika teman saya sedang berdiri sebentar untuk melihat kedepan karena sempat tidak terlihat. Saat dia akan duduk lagi tanpa melihat kebelakang, saya menarik bangkunya tanpa sepengetahuannya dan jatuhlah dia. Kemudian dia pun menangis. saya dinasihati guru saya dan kemudian teman saya itu pun dipindahkan tempat duduknya ke tempat lain yang agak jauh dari saya. Saat teman saya bermain balok di TK itu pun, saya sudah pernah beberapa kali merebut mainannya secara kasar dan membuat teman saya melaporkannya pada gurunya, tetapi saya tetap cuek dan tidak peduli. Sewaktu saya TK dulu, saya sangat senang dengan yang namanya menggambar dan melukis.  Apapun yang saya lihat sering sekali saya bayangkan dan kemudian saya lukis. Yang paling saya sering lukis adalah kapal Titanic, karena dulu saya sangat menyukai bentuk kapal Titanic yang mewah dan keren itu. Saya pun sering menggambar berbagai hal yang saya lihat sehari-hari, seperti menggambar kura-kura, doraemon, atau bahkan gambar-gambar dikomik. Pokoknya kejadian apapun yang saya lihat dan alami, saya suka menggambarnya dan kemudian saya hias dan temple di kamar tidur saya. Bakat menggambar saya terlihat saat saya masih kecil.

Dulu saya juga sangat menyukai yang namanya film-film hantu. Setiap menonton film hantu, contohnya adalah film jadi pocong 1 dan jadi pocong 2, saya suka menggambar pocong mumun dan pocong jefry. Bahkan suatu ketika saya berinisiatif untuk membuatnya dari tisu yang kemudian dibungkus dengan kertas, dan kemudian dibentuk sedemikian rupa sehingga mirip dengan pocong mumun dan jefry, dan kemudian digambari mukanya semirip mungkin. Sehabis membuatnya dan memainkannya, saya sering tiba-tiba menjadi ketakutan sendiri dan kemudian membuang mainan pocong itu. Sewaktu TK dulu saya sangat menyukai Bubur Ayam yang dijual di depan TK Mekarsari, TK saya. Saya selalu memesan Bubur Ayam yang cukup unik: Bubur Ayam yang tanpa Ayam, kerupuk, maupun kacand dan daun bawang, dan hanya menggunakan kuah kuningnya saja. Dulu tidak banyak jenis makanan yang saya sukai. Saat keluarga saya sedang makan pizza, saya hanya menyukai lelehan kejunya saja, dan pada saat itu pun saya masih sangat menyukai yang namanya bubur Bayi. Sewaktu TK dulu, saya sangat menyukai memelihara Ayam. Ayam pertama kami ditempatkan dalam tempat bekas Aquarium yang besar yang atasnya dilapisi kardus. Namun, Ayam pertama kami ini tidak berumur panjang karena kedua ayam pertama kami itu mati dimakan oleh tikus. Kebetulan kedua Ayam tersebut memang belum terlalu besar. Selanjutnya Saya dan Ayah saya memelihara sepasang Ayam yang agak lebih besar. Pernah suatu hari, mungkin karena sudah saking beratnya, kandang ayam yang berbentuk rumah panggung itu jebol karena Ayamnya sudah terlalu berat.
Pada suatu hari, teman TK saya, Adi namanya, pernah bermain bersama saya dan Fahmi dirumah saya. Saat sedang asyik bermain di tempat menurun di rumah saya, teman saya Adi tiba-tiba saja berlari dan kehilangan kendali saat di turunan rumah saya itu, dan kemudian……. Braaaaaaakk!!! Adi pun terbentur dengan cukup keras ke pagar. Gigi dan bibirnya pun berdarah-darah dan kemudian dia dipulangkan kerumahnya. Saya dan Fahmi yang tidak merasa kasian terhadapnya, dan justru malah menertawakannya, mungkin karena kami masih kecil jadi belum terlalu mengerti rasa sakit dan bahaya.

Pada hari saat saya libur, saya sering diajak oleh Ibu saya untuk menemani kakak saya yang belajar tari di tempat yang bernama Sanggar Ananda. Karena saya sangat menyukai kereta, saya diajak oleh Ibu saya untuk melihat kereta lewat di dekat Sanggar Ananda. Saya merasa sangat gembira saat saya menapaki rel kereta itu, melihat petugas penjaga rel kereta memencet tombol untuk peringatan kereta lewat dan juga menekan tombol untuk menutup portal. Bagi saya pada waktu itu menjadi petugas penjaga portal rel kereta Api adalah sebuah pekerjaan yang istimewa, sampai saya berkata kepada Ibu saya “mah, kalau aku udah gede nanti, aku mau jadi petugas yang mencetin tombol portal itu ya mah, biar aku bisa setiap hari melihat kereta lewat, ya mah ya?” lalu Ibu saya menjawab “terserah kamu nak.” Saat kereta lewat, saya sangat gembira menyaksikannya karena akhirnya saya bisa melihat kejadian itu dari jarak dekat.  Saat libur saya juga sering diajak jalan-jalan keliling Jakarta, seperti ke daerah monas, melewati patung pancoran, ke senayan, dan sebagainya. Pada saat melewati patung pancoran, saya pernah ditipu oleh Ayah saya. Katanya, patung pancoran itu setiap pagi bisa turun dari tempatnya dan nyari bubur buat sarapan, dan polosnya saya percaya dengan kata-katanya itu. Saya merasa sangat gembira saat diajak jalan-jalan, apalagi saat diajak jalan-jalan ke Mall, tetapi dulu saya punya pikiran bahwa  setiap jalan-jalan ke Mall, belum belanja namanya kalau belum dibelikan mainan. Saya memang menggemari mainan sejak kecil, terutama yang berhubungan dengan mobil balap, karena sejak kecil saya adalah seorang penggemar berat dari seorang pembalap yang merupakan Juara Dunia 7 kali Formula One, Michael Schumacher.

Pada suatu hari, Tante, Om, beserta saudara saya sedang bersilahturahim kerumah. mereka semua berbincang dengan riang gembira, sedangkan yang anak-anaknya bermain dengan saudara saudara sebayanya. Pada saat Abang saya sedang bermain catur dengan saudara saya, pertandingan berjalan dengan seru-serunya. Pada saat di detik-detik akhir, saya tiba-tiba saja lewat diatas papan catur tersebut dan kemudian caturnya jadi berantakan. Mula-mula saya hanya dinasihati dan kemudian Abang saya dan saudara saya itu pindah tempat bermain caturnya. Dan pada saat pertandingan sudahberjalan lagi, saya lagi-lagi lewat diatas papan catur itu dan catur itu pun berantakan lagi. Karena kesal dengan kejahilan saya itu, saudara saya marah dan berantem dengan saya. Kemudian saya mendorongnya dan justru dia yang terjatuh. Saat saudara saya itu semakin kesal dengan saya, kami sudah dileraikan oleh Tante saya dan selesai sudah. Demikianlah kisah-kisah kenakalan saya sewaktu masih TK.
Hari demi hari telah berlalu. Akhirnya saya duduk di bangku kelas satu Sekolah Dasar. Saya bersekolah di SDN Pekayon 18. Tes masuknya sih hanya diberikan beberapa kertas warna dan saya disuruh menjawab warna apakah yang ditunjukkan oleh sang guru.  Kesan pertama saya mengenai SD itu? Emmmmm… mungkin karena saya masih sangat polos, saya tak merasakan kesan apapun sewaktu pertama kali diajak Ibu saya kesana. Yang saya pikirkan saat itu hanyalah ingin segera cepat pulang dan segera bermain bersama teman-teman atau bermain dengan mobil-mobilan saya. Tetapi yang saya ingat, adalah saat saya hari pertama masuk sekolah. Waktu itu saya diantarkan oleh Ibu saya. Saat saya akan ditinggal pulang oleh Ibu, saya tidak mengizinkannya untuk pulang karena mungkin saya belum dapat beradaptasi dengan lingkungan baru saya tersebut. Kesan pertama masuk sekolah: saya merasa sangat gugup dan takut karena sama sekali tidak mengenal lingkungan baru saya itu. Saya merasa sangat ingin pulang dan tidur saja. Bagi saya tempat ini seperti Neraka! (saya juga tidak tahu sih neraka itu kayak apa). Yaaaah.. itulah kesan pertama saya sekolah. Setelah hari demi hari saya lewati, saya mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan baru saya itu, dan saya pun mulai terbiasa. Selama saya bersekolah di SD, saya berlangganan mobil antar jemput, Babe , begitu panggilannya. Babe ini juga merupakan tetangga saya sewaktu saya masih tinggal di jalan Bintang 1, sebelum saya pindah ke jalan Bintang Raya (masih dikomplek yang sama kok..). Setiap hari saya dijemput oleh mobil antar jemput ini. Pulangnya pun diantar lagi, jadi gak seperti jelangkung yang datang tak dijemput, pulang tak diantar, saya kebalikannya(???) lanjut..!!

Berbicara tentang keaktifan belajar saya selama dikelas, sewaktu kelas satu saya terkenal cukup aktif dan pandai dikelas, dikenal oleh para guru. Saya pun pernah ditawari untuk menjadi salah satu dokter cilik disekolah saya, tetapi saya menolaknya karena merasa tidak mau ambil pusing dan tidak mau banyak kegiatan. Begitulah yang ada dipikiran saya waktu itu. Kelas satu berjalan cukup lancar dan saya pun memiliki teman-teman dan sahabat yang sangat menyenangkan, dan juga sangat berpengaruh bagi saya saat itu. Prestasi saya cukup lumayan, walau tidak bagus-bagus amat sih, saya berhasil mendapatkan ranking 10 besar di kelas saya saat itu. Saya tidak tahu mengapa, tetapi pelajaran yang paling tidak saya sukai adalah pelajaran matematika. Entah karena saya benci berhitung, atau apa, saya merasa sangat benci dengan yang namanya pelajaran matematika. Walaupun terkadang saya mampu memahaminya, tapi karena pada dasarnya saya kurang menyukainya, pada akhirnya saya tidak mendapatkan nilai yang bagus di raport saya pada pelajaran matematika. Walau begitu, pada saat saya naik ke kelas duanya, nilai matematika saya berhasil meningkat sedikit demi sedikit. Mungkin karena bertambahnya umur, saya menjadi semakin sadar akan pentingnya berhitung, karena pada dasarnya kita tidak akan bisa lepas dari yang namanya matematika. Dalam kehidupan sehari-hari pun kita tidak akan pernah lepas dari yang namanya matematika. Menghitung waktu, menghitung jumlah uang untuk keperluan sehari-hari, belanja, dan sebagainya, kita tidak akan pernah lepas dari matematika. Karena itu, jangan ikuti saya ya!!.. sewaktu kelas satu sampai kelas tiga, saya dikenal cukup kasar oleh teman-teman saya. Dulu saya masih bersifat egois, kasar, sifat bawaan dari saya kecil. Pernah pada saat pelajaran olahraga, kelas saya sedang pelajaran bermain permainan tradisional, yaitu bermain kelereng. Pada saat itu, saya cukup ahli memainkan permainan kelereng itu. Saya selalu memenangkan permainan itu pada saat giliran saya. Giliran pertama, saya yang berhasil menang. Giliran kedua, saya juga yang pada akhirnya berhasil menang. Nahhhhhhh, pada giliran yang ketiga, saya mendapatkan suatu kesempatan untuk berbuat curang. Dan saya berhasil menang lagi. Tahu karena saya berbuat curang, beberapa teman saya marah dan tidak terima. Karena saya bersikeras merasa tidak bersalah, saya pun mengamuk dan memukuli teman-teman saya yang protes itu. Pada saat mereka semua menangis, teman-teman saya yang lain pun ikut menjauhi saya sehingga saya merasa sangat kesepian dan merasa sangat bersalah. Karena itulah, saya pun mala h ikut menangis! kejadian yang cukup memalukan. Setelah masalah itu reda, saya dipanggil oleh guru saya ke ruang guru. Saya sudah berpikir saya akan dimarahi habis-habisan akibat dari ulah saya itu, tetapi, ternyata dugaan saya salah. Saya justru diperlakukan dengan sangat baik, diberikan the manis, dan guru saya hanya menganggap bahwa perkelahian itu biasa buat laki-laki, tetapi jangan diulangi lagi. Setelah saya sudah bisa merasa cukup tenang, saya akhirnya kembali ke kelas dan berdamai dengan teman-teman saya. Kenangan lain di SD saya saat itu adalah adanya acara layar lebar yang biasa dipertontonkan pada hari hari tertentu, yahhh seperti bioskop lah. Dengan hanya membayar Rp3000 , kita sudah bisa menonton acara tersebut. Biasanya disediakan satu ruangan yang dikosongkan dan kemudian dipertontonkanlah film layar lebarnya. Filmnya bisa tentang edukasi, atau bisa juga fil tentang perjuangan para pahlawan dimasa lalu dan para murid sangat antusias menonton film tersebut.

 Pada saat saya naik ke kelas empat, semuanya telah berubah. Kelas yang biasa diacak lagi sehingga saya terpisah dengan sahabat-sahabat saya. Ternyata hal tersebut sangat mempengaruhi prestasi saya kedepannya. Dengan teman-teman baru lagi, dan mungkin juga karena saya tidak pandai beradaptasi dan bersosialisasi, saya merasa tersendiri dan terpojokkan. Prestasi saya pun jadi menurun drastis. Saya tidak lagi masuk ranking 10 besar dikelas. Bisa dibilang momen ini merupakan salah satu masa surut perjalanan hidupku. Karena merasa tidak dapat beradaptasi, saya pun menjadi seperti orang yang tersendiri. Hanya memiliki satu atau dua orang teman, dan itu sangat menyulitkan bagi saya.  Sejak saat itu semangat saya dalam menuntut ilmu benar-benar surut, saya berubah menjadi seorang siswa yang pemalas dan nilai saya pun anjlok. Sangat berbeda dengan nilai saya saat saya kelas 1,2,3 SD dulu. Sifat saya pun berubah drastis, dari seorang yang keras dan kasar, menjadi seseorang yang lembut dan pemalu, dan bodohnya mau-mau saja disuruh orang lain!!!.., seperti diperbudak, dan saya menjadi penakut, tidak seperti dulu!!!... mungkin itu merupakan cermin salah satu contoh keterbelakangan mental yang sangat memalukan karena pernah menghampiri hidupku. Saya yang sekarang merasa sangat malu kalau melihat pada masa itu, sungguh memalukan!!!!...  Saat itu pandangan guru-guru saya terhadap saya pun berubah drastis. Tadinya saya selalu dianggap sebagai anak yang cerdas karena kerajinan saya, tetapi tidak lagi. Saya menjadi seorang yang pemalas, saya tidak lagi rajin mengerjakan PR, dan saya pun cenderung tidak bersemangat saat sedang belajar, tidak aktif sama sekali. Sungguh ironis saat itu, jika mengingat betapa aktifnya saya sewaktu kelas 1-3 SD. Tapi, mungkin itulah hidup. Hidup itu seperti roda, sering diatas, tetapi tak jarang berada dibawah.  Tetapi, pikir saya pada saat itu, yang terpenting saya tetap naik kelas dan saya ingin segera selesai dari tempat yang awalnya indah yang bagi saya menjadi seperti neraka itu. Saya sangat menyesal pernah mengalami periode buruk seperti itu. Seandainya waktu bisa diulang ke masa lalu, saya lebih memilih mengulangnya ke masa lalu, saat saya kelas 3 dan tidak mampu bersosialisasi, saya ingin kembali dan mengubah sejarah itu. Karena bagi saya itu bukanlah kenangan yang indah, tetapi kenangan yang sangat pahit. 3 tahun sampai kelas 6 SD, saya merasa sangat tidak betah dan saya merasa sendiri, karena saya tidak lagi mempunyai banyak teman seiring dengan perubahan sikap saya yang menjadi seperti orang aneh, seperti orang yang stress mungkin. Tetapi yang membuat saya tetap bertahan barangkali adalah dukungan dari orang tua dan keluarga saya yang selalu berharap agar saya menjadi sukses, dan yang pasti saya juga mengingat bahwa kita tidak boleh putus asa dijalan yang sudah ditentukan oleh Allah SWT.  Lagipula hidup itu harus terus menatap ke depan, bukan hanya melihat ke masa lalu.

Pada saat itu tidak terasa saya sudah kelas 6 SD. Inilah tahun terakhir saya. Memang pada awal semester saya masih menjadi seseorang yang malas dan tidak pandai bersosialisasi, tetapi perlahan saya mulai bangkit saat Ujian Nasional, yang amat menentukan kelulusan saya di Sekolah Dasar. Semangat belajar saya mulai bangkit, karena saya merasa perjalanan saya 6 tahun ini akan sangat sia-sia kalau saya gagal di ujian itu. Saya mulai kembali rajin belajar, semakin tekun setiap harinya dalam melahap dan membahas soal-soal UN dari tahun-tahun sebelumnya, dan pada akhirnya saya benar-benar siap menghadadapi Ujian Nasional tersebut. Hari demi hari telah berlalu. Pada akhirnya hari pelaksanaan Ujian Nasional itu pun tiba. Pada walnya saya merasa sangat gentar karena baru pertama kali menghadapi ujian yang sesungguhnya seperti ini, tetapi perlahan-lahan, dengan berdoa dan berusaha menenangkan diri, saya akhirnya bisa tenang dan mulai mengerjakan soal tersebut satu per satu. Setelah saya selesai mengerjakan Ujian Nasional pertama, saya merasa sangat lega dan bersiap untuk menghadapi Ujian kedua pada hari esok. Keesokan harinya, saya dapat lebih tenang lagi dalam menghadapi ujian tersebut, saat saya sudah selesai mengerjakannya, ternyata sang pengawas bilang kalau nama pada lembar jawaban saya harus memakai spasi dan saya tidak memakai spasi sama sekali! Saya merasa sangat tegang, walau yang hari ini bisa dihapus dan diberikan spasi, bagaimana nasib Ujian yang kemarin sudah saya kerjakan? Saya menjadi sangat cemas, sebelum akhirnya saat pulang sang pengawas berhasil menenangkan saya. Setelah hari kedua, dan hari terakhir ujian sudah saya lalui, saya merasa sangat lega dan merasa cukup bebas, walau masih diselimuti rasa khawatir kalau saja nilainya tidak keluar karena kesalahan saya dalam memberikan nama di lembar jawaban opada saat UN yang pertama.

Setelah kurang lebih 1 bulan, akhirnya hari pengumuman hasil Ujian Nasional pun tiba. Semua murid dan orang tua masing-masing berbondong-bondong untuk menyaksikan hasil Ujian Nasional dan hasil kelulusan para siswa. Pada hari itu, mungkin itu menjadi hari paling gugup yang pernah saya rasakan, karena bagaimanapun juga walau usaha yang saya lakukan sudah dirasa maksimal, tetapi tetap saja Allah yang menentukan, dan kita manusia Cuma bisa berusaha dan berdoa, ditambah lagi kekhawatiran akibat kesalahan saya dalam memberi spasi pada nama di lembar jawaban UN saya dihari pertama. Tentu saja hal ini semakin menambah kekhawatiran saya, khawatir tidak lulus. Seandainya saya sampai tidak lulus Ujian Nasional, entah apa jadinya perasaan saya. Saya beserta murid-murid yang lain menunggu hasil pengumuman di luar ruangan, dimana ruangan tersebut diiisi oleh seluruh orang tua/ para wali murid. Pengumuman yang dinanti-nantikan itu pun tiba! Wajahku semakin pucat dan takut, jantungku terasa berdetak kencang, dan saat orang tua saya keluar dari ruangan, saya menjadi terpaku dan terdiam. Lalu Ayah saya pun berkata “selamat ya dek, nilainya bagus-bagus.” Dan setelah saya melihat nilainya, ternyata nilai saya memang bagus-bagus. Saya sulit mempercayai ini, dan merasa lega, sangaaaaaat lega!!!.. saya sangat bersyukur kepada Allah SWT yang telah mengabulkan doa saya. Hari paling tegang itu pun berubah menjadi salah satu hari yang paling membahagiakan dalam hidup saya. Kerja keras dan keuletan saya dalam mempersiapkan UN pun berbuah manis. Saya sangat berterimakasih kepada Allah SWT, berterimakasih kepada kedua orang tua saya yang telah mendukung saya, berterima kasih pula pada kakak-kakak yang membimbing saya, dan juga kepada guru-guru SD saya, karena tanpa mereka semua, saya tidak akan pernah mungkin merasakan kebahagiaan yang luar biasa itu. Demikianlah perjalanan roda kehidupan saya selama menuntut ilmu di Sekolah Dasar yang bisa saya ceritakan dan yang saya masih ingat.

Tidak terasa, pada akhirnya saya memulai lembaran baru di SMP, SMPN 91 Jakarta. perjalanan saya selama berada di SMP tidaklah mulus, karena saya masih terkendala dengan masalah sosialisasi, mungkin karena bawaan saat saya SD. Saat saya lulus SD dengan nilai yang tinggi, mungkin saya merasa sedikit jemawa karena saya kembali menjadi seorang murid yang malas dan tidak semangat. Saat itu saya merasa sudah pintar dan merasa tidak perlu belajar dengan keras lagi. Saya menjadi jarang mengerjakan PR, dan sebagainya. Tetapi, pikiran saya itu sama sekali tidak dapat dibenarkan. Pada saat pembagian raport semester dua kelas satu SMP, saya mengalami hal yang sangat tidak mengenakkan. Saya nyaris tidak naik kelas. Pada saat sang wali kelas memanggil nama saya bersama dengan kakak saya, karena saat itu ortu sedang tidak bisa hadir, si wali kelas saya berkata seperti ini “Bintang, (sambil menghela napas….) kamu nggak naik kelas.” Lalu perasaan saya menjadi sangat kacau dan membuat saya menjadi sangat sangat shock.. “serius bu,???????”. Lalu sang wali kelas memperlihatkan Raport saya dan mengatakan “habisnya nilai kamu naiknya dikit banget, terus ngepas-ngepas semua nilainya.” Saat itu perasaan saya menjadi sangat kacau, tetapi setelah itu si wali kelas saya berkata “coba kamu liat dibawahnya, apa itu tulisannya?” lalu saya menjawab “……. Naik kelas, bu?” lalu ibu wali kelas menjawab lagi “iya kamu naik kelas, seneng kamu?” sejak itu, saya menjadi sangat lega dan berjanji kepada wali kelas saya tersebut agar saya mau meningkatkan prestasi belajar saya di semester berikutnya pada kelas 2 dan kelas 3. Sejak saat itu pula lah saya menjadi mendapatkan sebuah titik balik yang menjadi sebuah dorongan keras untuk saya mulai kembali bangkit. Kemudian nilai saya terus meningkat saat saya kelas 2 dan kelas 3, dan pada akhirnya, berkat kerja keras dan usaha disertai dengan doa, saya berhasil lulus UN SMP dengan nilai yang cukup tinggi, dan berhasil diterima di SMA Negeri 106 Jakarta. Dari pengalaman saya selama di SMP, barangkali kita bisa mengambil hikmahnya. Janganlah mudah merasa puas diri, karena orang-orang yang cepat merasa puas diri tidak akan pernah dapat berkembang, dan ingatlah bahwa didunia ini selalu ada yang lebih tinggi daripada yang tinggi, jadi, janganlah kamu membuat batasan dari dirimu sendiri!!! berusahalah setiap hari dan kembangkanlah segala potensi yang ada pada dirimu semaksimal mungkin!!!....

Hari demi hari sudah berlalu, kemudian tibalah lembaran baru, lembaran baru di SMA Negeri 106 Jakarta. Bisa jadi salah satu kenangan yang paling indah selama saya bersekolah adalah saat masa-masa SMA. Kepribadian saya sudah mulai lebih terbentuk, walau belum sesempurna sekarang. Kepercayaan diri saya sudah mulai bertambah. Semangat belajar saya sudah tumbuh kembali. Saya merasa sangat nyaman dengan masa-masa SMA. Di SMA inilah saya mengenal cinta pertama saya, yang terus menjalin hubungan baik dengan saya sampai sejauh ini, 3 tahun 4 bulan. Saya sangat mencintainya, begitupun dia. Banyak sekali cobaan yang kami hadapi dan sempat menggoyahkan kekokohan hubungan kami, tetapi pada akhirnya semua masalah dapat teratasi karena kesetiaan dan cinta yang telah kami bangun. Prestasi saya selama menjalani pendidikan di SMA pun mengalami peningkatan yang cukup pesat. Walau sempat kesulitan saat kelas satu, tetapi perlahan nilai saya terus naik disetiap semesternya dan selalu berhasil merebut rangking 5 besar. Kadang 5,4,atau ranking 3. Saya pun tetap sangat bersyukur kepada Allah SWT yang telah membuka hati saya untuk mau berusaha keras dalam belajar. Masa-masa saya selama berorganisasi di Rohis, dan banyak lagi masa-masa indah yang mengembangkan mental dan kepribadian saya menjadi seseorang yang lebih pandai dalam bersosialisasi. Saya sangat bersyukur pernah menjadi bagian dari keluarga besar SMAN 106 yang telah membawa saya menjadi seseorang yang lebih baik, dimana peran kedua orang tua saya yang selalu mendukung saya juga sangat berharga dalam perkembangan mental saya. Saya pun berhasil lulus dengan raport yang bagus, walaupun gagal mendapatkan perguruan tinggi negeri saat salah strategi dalam memilih PTN di SNMPTN. Mungkin juga memang Allah menyiapkan rencana lain yang jauh lebih indah bila saya di tempat lain, sebelum akhirnya saya diterima di Universitas Swasta nomor satu di Indonesia, Universitas Gunadarma. Bisa dibilang masa-masa awal saya di Gunadarma sejauh ini terasa sangat indah dan semakin indah. Saya memiliki banyak teman dan sahabat, dan saya pun merasa sangat nyaman dengan semua dosen yang ada di Universitas Gunadarma, dan yang terpenting adalah kini saya sudah jauh lebih pandai dalam bersosialisasi dengan orang lain dan lingkungan yang baru, dan saya sangat bersyukur Allah SWT telah menunjukkan jalannya menuju ke tepat istimewa ini : Universitas Gunadarma. Demikianlah roda kehidupan saya yang dapat saya ceritakan, kurang lebihnya mohon maaf. Wassalamualaikum Wr Wb


Puisi untuk sang Ibu

Ibu…..
Begitu berat perjuangan yang telah engkau perjuangkan…
Begitu berat rasa sakit yang telah engkau tahan….
Demi melahirkan kami di Dunia ini…..

Ibu….
Begitu banyak pengorbanan yang telah engkau lakukan demi kami…
Begitu banyak perjuangan yang telah engkau perjuangkan…. Demi menghidupi kami….
Walau rasa lelah menyelimuti jiwa dan ragamu….
Walau rasa kantuk telah menghantuimu……
tetapi engkau selalu menyayangi dan melindungi kami….
Disaat kami masih tidak berdaya……

Ibu….
Sesungguhnya kami tidak akan pernah bisa membalas semua kebaikan yang telah engkau berikan…
Sesungguhnya kami tidak akan pernah mampu untuk membalas semua kebaikan engkau….
Tetapi percayalah…. Bahwa kami selalu berusaha sekeras tenaga… demi membuatmu bangga dikemudian hari…..

Ibu…
Doa kami senantiasa menyertai engkau….
Kami senantiasa berdoa akan kesehatan dan umur yang panjang…
Agar kelak engkau sempat berbahagia lahir dan bathin…
Bertemu dengan anak dan cucu….
Kami senantiasa mencintai dan menyayangimu wahai Ibu…
Walau kami belum bisa membuatmu bangga…


Puisi untuk sang Ayah

Sosok yang kukagumi dan kuteladani….
Seseorang yang tegas dan pemberani…
Seseorang yang amat kusayangi dan kucintai….
Itulah engkau wahai Ayahku…

Seorang Laki-laki yang gagah berani…
Yang senantiasa melindungi dan menyayangi keluarga kami sepenuh hati…
Sosok yang senantiasa mencari nafkah demi menghidupi keluarga kami…
Itulah engkau wahai Ayahku…

Begitu banyak pengorbanan tenaga dan pikiranmu demi kami…
Begitu kuat doronganmu agar kami senantiasa bersemangat…
Dalam mengejar kesuksesan di dunia maupun di akhirat…
Itulah engkau wahai Ayahku…

Begitu banyak jasa-jasamu yang selalu tersimpan dalam jiwa dan ragaku…
Yang bisa kami lakukan hanyalah berusaha dan berdoa…
Agar kami dapat menjadi seorang Insan yang berguna bagi bangsa dan Negara…
Sesuai dengan harapanmu, wahai Ayahku…

Sementara ini kami belum mampu membuatmu bahagia…
Selama ini kami belum mampu membuatmu bangga…
Tetapi percayalah, wahai Ayahku…
Bahwa kami selalu senantiasa mendoakan mu… dan berjuang sekuat tenaga agar bisa menjadi sosok hebat sepertimu, wahai Ayahku…